Jumat, 20 Juli 2012

MENGENAL ALAM ACEH

Pantai Sumur Tiga Aceh


Objek wisata pantai Sumur Tiga merupakan pantai indah yang terletak di desa Ie Meulee, Pulau Weh. Pantai yang berpasir putih dengan panorama alam yang begitu mempesona.Pantai ini banyak diminati oleh wisatawan lokal maupun wisatawan asing, selain itu banyak olahraga pantai yang disediakan seperti diving dan snorkling. Banyaknya fasilitas yang ditawarkan membuat pantai ini banyak dikunjungi wisatawan.

Pulau Klah Teluk Sabang


Saat ini keberadaan pulau Klah masih sangat mempesona mata para pengunjung terutama saat melewati jalur Sabang Kota menuju Paya Seunara karena dari jalur itulah pulau yang sempat di jadikan area mercusuar oleh belanda yang sampai saat ini masih di manfaatkan oleh Navigasi itu terlihat jelas pancaran panorama alamnya dan asset pariwisata yang tidak terhingga.

Beberapa bungalow juga sudah tertata rapi di pulau tersebut termasuk dermaga dan jalur menuju puncak juga sudah tersusun rapi , namun kembali sangat disayangkan belum ada sentuhan wisata pendukung lainya untuk terus mengembangkan asset yang tergolong unik ini, karena selain panorama alamnya pulau yang satu ini juga mempunyai cerita unik serta terdapat bangunan sejarah peninggalan belanda.

Berawal dari sebuah pelabuhan yang cukup ramai sejak tahun 1914 lalu keberadaan Teluk Sabang mulai di kenal oleh hampir seluruh negara maju di dunia, bahkan sebuah pulau di Teluk Sabang itupun sempat dijadikan sebuah lokasi penimbunan logistic bagi mereka yang merapatkan kapalnya di Sabang.

Sejak itu keberadaan Pulau itu semakin menjadi sorotan warga setempat saat hampir setiap tahunya sejumlah bahan logistik termasuk pakaian dan beberapa mainan sering di bagikan pada penduduk setempat, namun karena jadwal pembembagian bantuan tersebut hampir bertepatan pada malam tahun baru dan natal maka warga setempat memberikan nama pulau itu dengan sebutan pulau sinterclaus yang turun untuk memberikan hadiah setiap tahunnya.

Untuk menuju ke Pulau Klah hanya bisa ditempuh dengan perahu atau boat kecil yang disewakan dari Kota Sabang atau daerah lainnya di sekitar teluk Sabang.

Pantai Paradiso Aceh


Objek wisata Pantai Paradiso adalah tempat favorit masyarakat Sabang untuk sekedar menghabiskan waktu sore sambil menikmati matahari terbenam (sunset) di sore hari. Dari pantai ini kita dapat melihat kapal-kapal yang melintasi lautan. Pantai paradiso terletak tidak jauh dari pusat kota, jarak tempuh sekitar 10 menit dari pusat kota Sabang. Kita bisa menggunakan transportasi umum seperti becak motor, kendaraan roda empat ataupun kendaraan roda dua.

Di sepanjang pantai yang telah disediakan tempat duduk yang terbuat dari beton, kita bisa menikmati makanan yang dijual di sekitar pantai. Ada satu jenis makanan yang mungkin jarang ditemui di tempat lain yaitu sate gurita, juga ada mie kepiting khas Aceh, dan aneka makanan lainnya. Di lokasi ini juga Sabang Fair berada , yaitu gedung yang digunakan untuk tempat promosi berbagai ragam barang yang dihasilkan oleh tiap kabupaten dan kota yang ada di Aceh (NAD).

Pantai Gampang Pulau Weh


Objek wisata pantai Gampang berlokasi kira-kira 20 km dari Sabang atau sekitar 1 jam melalui jalan darat. Untuk menuju tempat ini melalui kota Sabang dapat ditempuh dengan kendaraan umum seperti taksi atau kendaraan sewa/rental.

Pantai Gampang merupakan salah satu pantai yang mempesona di Iboih, Pantai yang satu ini tidak kalah indahnya. Disini juga terdapat fasilitas yang cukup lengkap, seperti: penginapan/bungalow, warung makan, serta penyewaan alat dan perlengkapan untuk melakukan aktifitas snorkling.

Pantai Teupin Layeu Aceh


Objek wisata pantai Teupin Layeu yang terletak di Desa Iboih, Km 23 dari Kota Sabang menuju Kilo Meter 0 Indonesia, merupakan pantai yg indah dan eksotik, dan merupakan pantai andalan di Sabang sebagai tempat wisata pantai, cocok untuk snorkling maupun berenang.
Disini pengunjung bisa menikmati wisata pantai yang mempesona, dg fasilitas yang disediakan cukup memadai, antara lain: penginapan/bungalow dan cottage, warung makan, dan penyewaan alat perlengkapan untuk snorkling dan menyelam. Dari pantai ini terlihat Pulau Rubiah dan Pulau Seulako yg merupakan kawasan wisata taman laut di Sabang.
Untuk menuju lokasi ini dapat memakai kendaraan sewaan ataupun transportasi umum seperti taxi dari Kota Sabang.

Air Terjun SKPC Subussalam


Obyek wisata Air Terjun SKPC dikelilingi perkebunan kelapa sawit dan salak pondoh milik transmigrasi setempat itu terlihat indah meski belum tertata rapi.

Obyek wisata yang berada sekitar delapan km dari pusat Kota itu ramai dikunjungi masyarakat setiap hari libur.

Lokasi air terjun SKCP yang berada di kawasan kampung SKPC Kecamatan Penanggalan, tidak begitu jauh dari pusat kota itu bisa dijadikan tempat rekreasi karena alam sekitarnya indah dikelilingi perkebunan kelapa sawit dan salah pondoh milik masyarakat setempat.

Subulussalam berada diperbatasan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dengan Provinsi Sumatera Utara (Sumut). Kota ini baru definitif dan terpisah dari Kabupaten induk Aceh Singkil. Komoditi dominan daerah kelapa sawit, di samping pertanian.

Pemerintah Kota (Pemko) Subulussalam kini sedang giat membangun berbagai fasilitas publik, sehingga terlihat indah pusat kota “transit” yang berbatasan dengan Aceh Singkil,Aceh Selatan, Aceh Tenggara dan Provinsi Sumut itu dinilai strategis prospeknya ke depan.

Kota ini menjadi alternatif bagi warga masyarakat sejumlah kabupaten lain seperti Aceh Barat Daya (Abdya) dan Nagan Raya, terutama mereka yang bertolak ke Medan. Jadi, kota yang definitif bersama Pidie Jaya tersebut diharapkan cepat berkembang karena sering dilalui warga daerah lain.

Oleh karena itu, pembenahan berbagai infrastruktur publik termasuk obyek wisata air terjun perlu mendapat perhatian serius Pemko sebagai upaya memperbesar penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) untuk mempercepat program pembangunan.

Keindahan obyek wisata air terjun yang dihiasi tanaman kelapa sawit dan salak pondoh itu merupakan anugerah Allah SWT. Keindahan alam sekitarnya ini hendaknya ditata baik sehingga menjadi daerah tujuan wisata (DTW) bernilai ekonomi bagi Pemko Subulussalam.

Irigasi Sungai Namo Buaya Subussalam


Irigasi Bahorok terletak di Desa Namo Buaya Kecamatan Sultan Daulat Kota Subulussalam Provinsi Aceh. Desa Namo Buaya terletak lebih kurang 15 km dari arah barat Kota Subulussalam. Untuk menuju desa tersebut disepanjang jalan para pengunjung terlebih dahulu sudah disuguhi pemandangan dan liukan gunung dengan tikungan-tikungan yang tajam.

Objek wisata alam Irigasi Bahorok pada hari-hari libur ramai didatangi pengunjung, umumnya pengunjung berasal dari Kota Subulussalam dan luar kota yang ingin melepaskan kesibukan selama sepekan bersama keluarga untuk menikmati kesejukan air dengan mandi bersama-sama sambil menikmati keindahan alam.

Irigasi Bahorok merupakan salah satu objek wisata yang terdapat di Kota Subulussalam. Objek wisata ini digolongkan objek wisata alam dengan keindahan sungai yang mempunyai arus kategori sedang. Pepohonan yang masih rimbun disepanjang aliran sungai menambah kesejukan dan keindahan alam Bahorok untuk di nikmati. Selain mempunyai aliran sungai yang jernih, di lokasi objek wisata juga dapat dijumpai satwa-satwa liar yang tidak berbahaya seperti monyet dan burung-burung yang hinggap dari satu pohon ke pohon lainnya.

Danau Laut Nie Pineung Suasa

Danau Laut Nie Pineung Suasa adalah sebuah danau di perbukitan Desa Pasi Timon Kecamatan Teunom memiliki keindahan pemandangan alam yang masih natural. Di sekitar danau dikelilingi oleh pohon pinang merah dan aneka macam bunga-bunga yang langka, juga banyak ikan air tawar yang bisa dipancing oleh wisatawan yang berkunjung.

Pulau Tsunami Aceh



Asal mula dari Pulau Tsunami Aceh dikarenakan akibat gempa bumi dan gelombang tsunami tahun 2004 menyimpan banyak misteri tentang batu-batuan dasar laut bawaan gelombang tsunami yang terdampar di sini.
Sebelumnya pulau ini merupakan bagian dari Pulau Keuleuang yang terdapat di desa Keuleuang, kecamatan Jaya. Lokasi ini cocok untuk rekreasi memancing ataupun snorkling.

Pulau ini terletak di sisi barat Daerah Aceh, tepatnya di Kecamatan Jaya (Lamno), Kabupaten Aceh Jaya, dengan jarak tempuh dari ibukota provinsi dan ibukota kabupaten 2 jam perjalanan dengan bus umum. Pulau ini diapit oleh Pulau Keuluang dan Gua Sarang Gunung Teumiga, sangat indah bila dipandang dari jalan Negara puncak Gunung Geurutee. Untuk mengunjungi pulau ini tersedia boat nelayan di desa Ujong Sudhen dengan lama berlayar sekita 15 menit. Pulau ini menjadi bukti sejarah bagi generasi yang akan datang, dahsyatnya gelombang tsunami di Aceh.
 
 
Pantai Kuala Merisi


Pantai Kuala Merisi merupakan objek wisata alam yang sangat indah apalagi kalau kita bersama keluarga sangat nikmat rasanya, sambil melihat deru ombak pantai dan mendengarkan cerita legenda Bate Putri Ratu Meurendam Dewi yang terdapat di muara sungai Kuala Merisi telah membuat masyarakat menjadi tertarik dengan objek wisata ini. Lokasi ini juga didukung oleh keadaan alam untuk pemandian di bibir pantai dan fasilitas warung makanan di sekitar lokasi.

Pulau Reusam Aceh Jaya


Objek wisata ini merupakan tempat rekreasi bagi masyarakat Aceh Jaya atau pun masyarakat luar aceh pada hari-hari libur karena didukung oleh panorama dan keadaan alam yang asri dengan pohon-pohon cemara yang rindang, pantai pasir putih bersih, laut landai tempat berenang dan bersnorkeling, melihat terumbu karang yang indah dan bermacam ikan hias berwarna-warni, juga bisa memancing ikan-ikan karang sejenis gerapu dan lainnya. Selain itu, pulau ini juga menyimpan bukti sejarah yaitu meriam tua peninggalan masa penjajahan Belanda dan Jepang sebagai benteng pertahanan dari musuh-­musuh negara.

Untuk mencapai pulau ini tersedia boat dan speed boat masyarakat di desa Batee Tutong dan desa Rigaih dengan lama waktu berlayar 15 menit, dari ibukota kabupaten (Calang) berjarak 4 km.

Kuala Dhoi Aceh Jaya

Objek wisata Kuala Dhoi adalah sebuah desa kecil yang terletak di pinggir pantai Samudera Hindia yang berjarak 3 km dari ibukota kecamatan Lageun dan 12 km dari ibukota Kabupaten Aceh Jaya (Calang). Tempat ini merupakan objek wisata yang sangat terkenal di Jerman (Benua Eropa) semenjak seseorang yang berasal dari Jerman bernama Daud Jerman (Dieter) bermukim dan berkeluarga dengan perempuan Kuala Dhoi. Dia membangun beberapa bungalow di dekat pantai dan mengajak para turis dari eropa untuk datang ke daerah ini. Kuala Dhoi memiliki pantai pasir putih yang bersih, laut yang landai dan sangat menarik untuk dikunjungi untuk menikmati keindahannya.
 

Lhok Geulumpang Aceh Jaya


Tempat atau objek wisata Lhok Geulumpang ini masih sangat alami, hutan yang masih utuh dan sebelah barat berhadapan dengan Laut Samudera Hindia yang landai juga pantai berpasir putih, di sebelah timur dengan perbukitan yang sudah ditata rapi.
Lokasi ini lebih dikenal oleh wisatawan mancanegara yang sering digunakan untuk snorkeling, berjemur dan diving. Di kawasan ini, keanekaragaman ikan dan biota laut lainnya dilindungi, selain itu juga terdapat banyak macam-macam monyet yang bisa bercanda dengan pengunjung.

Teluk Rigaih Aceh Jaya

Bila anda berada di Kabupaten Aceh Jaya jangan lupa anda singgah di Teluk Rigaih, Objek wisata ini merupakan hamparan laut yang diapit oleh daratan desa Batee Tutong, pulau Seumot dan Desa Rigaih sangat digemari oleh wisatawan asing maupun domestik sebagai tempat snorkeling, diving maupun untuk memancing. Kawasan ini juga sering dimanfaatkan oleh masyarakat yang berlibur di akhir pekan dikarenakan keindahan terumbu karang dan ikan hias yang beraneka warna.
 
 
Batee Tutong Aceh


wisata ini sangat diminati banyak orang apalagi bila saat senja tiba,kita bisa melihat sunset disana.Wisata ini berada di kawasan kabupaten Aceh Jaya,Provinsi Aceh.

Krueng Teunom Aceh


Krueng Teunom adalah adalah salah satu sungai besar yang berada dalam wilayah Nanggroe Aceh Darusalam tepatnya (80 %) berada di wilayah Kabupaten Pidie selain sebagian hilirnya masuk dalam wilayah Aceh Jaya. Sungai dengan total panjang lebih 70 km ini berasal dari 3 (tiga) Sub Daerah Aliran Sungai utama yaitu Krueng Geumpang, Krueng Tangse dan Krueng Sikuleh yang mengairi 3 Kabupaten di Nangggroe Aceh Darussalam yaitu Kabupaten Pidie, Kabuapten Aceh Barat dan Kabupaten Aceh Jaya.

Dimana sungai ini masih sangat “hidden” untuk dijadikan ajang ORAD dibanding Sungai Alas, Krueng Tripa atau Krueng Peusangan yang sebenarnya masih setara atau dibawah Krueng Teunom dari sisi akses dan kesulitan scouting dilapangan. Hal ini dikarenakan untuk mengarungi sungai ini, diperlukan observasi dan survey (jalur pengarungan) akurat yang hanya dapat dilakukan dengan penjelajahan (susur sungai) selama lebih dari semingu. Lamanya penelusuran (penjelajahan) sungai ini karena medan yang dilalui sepanjang tepi sungai ini bervariasi. Mulai dari high walking, tracking, snappring, scrambling, hingga rock climbing. Dan untuk mewujudkan kenyataan mengarungi sungai ini, setiap pegiat Arung Jeram seyogyanya harus mau “mengambil” tantangan untuk mengadakan eksplorasi sepanjang sungai sebelum melakukan ekspedisi Arung Jeram. Tentunya dengan persiapan matang dan fisik yang prima. Atau dengan kata lain, dibutuhkan ekplorasi dalam skala yang relatif besar untuk mewujudkan impian mengarungi sungai ini.
 
 
Krueng Babahrot Aceh Barat Daya


Krueng Babahrot atau disebut Sungai Babahrot yang indah dan memanjang ini terdapat di kabupaten Aceh Barat Daya. Air sungai mengalir dari pegunungan yang hijau, air yang bersih dan sejuk akan terlihat ketika melintasi jembatan panjang Krueng Babahrot, panorama alam yang sangat indah dan asri menjadi pesona dan daya tarik tersendiri bagi pengunjung-pengunjung yang datang ke daerah Krueng Babahrot ini. Tempat seluas sekitar 8,5 Ha juga dilengkapi dengan fasilitas penunjang pariwisata lainnya seperti kantin dan rumah makan.

Pantai Kuala Katung Aceh Barat Daya


Merupakan objek wisata pantai Kuala Katung yang terletak di Desa Ujung Serangga, Kabupaten Aceh Barat Daya. Jarak tempuh sekitar 15 menit dari kota Blangpidie. Tempat wisata ini memiliki fasilitas seperti kafe-kafe yang berada di sepanjang jalan, juga sangat dekat dengan pelabuhan perahu nelayan untuk menangkap ikan dan pelabuhan bongkar muat barang dari kapal-kapal luar daerah.

Pantai Cemara Indah Aceh Barat Daya


merupakan salah satu objek wisata rekreasi keluarga. Pantai Cemara Indah ramai di kunjungi tidak hanya dari masyarakat Kabupaten Aceh Barat Daya saja, tetapi juga dari luar daerah, terutama di hari-hari libur dan akhir pekan.Fasilitas yang tersedia saat ini adalah warung makan, balai tempat berteduh, bangku taman, tempat permainan anak, lapangan olah raga dan musholla. Di samping itu pelayanan sarana air bersih, listrik,dan telepon juga tersedia di lokasi wisata ini.
Selain pasir pantainya putih yang indah, disini juga tersedia Taman Rekreasi
Pantai Cemara yang dikenal dengan tempatnya yang memberikan kesejukan dan kenyamanan itu banyak pengunjung berdatangan silih berganti hanya ingin menyaksikan keindahan laut yang dinikmati dari pinggiran pantai tersebut.

Apalagi segala macam panganan (makanan) ringan dan minuman segar juga disajikan oleh pedagang-pedagang yang berjualan disekitar areal pantai tersebut, sehingga serasa tak ingin beranjak dari tempat itu. Ditambah lagi dengan adanya pepohonan-pepohanan rindang yang berbaris ditepi pantai seakan tak ingin lagi untuk membuka mata setelah dipejamkan.

Hembusan angin sepoi-sepoi yang diiringi alunan musik memberikan daya tarik tersendiri bagi para pengunjung yang datang, sampai-sampai mereka yang sudah berkunjung keesokan harinya kembali lagi untuk menikmati suasana tersebut.

Ketika diwawancarai Suara Masa Rusdin pengelola pantai yang didampingi Yardi mengatakan, tidak kurang dari seribuan orang yang datang kepantai cemara silih berganti, meki tidak dimeriahkan dengan penampilan organ tunggal seperti sebelum-sebelumnya, akan tetapi pengunjung tidak kalah meriahnya dari tahun lalu dan saat 17 agustusan.

Taman Nasional Gunung Leuser Aceh


Sebagai warga Bangsa Indonesia tentunya keberadaan Taman Nasional Gunung Leuser perlu kita banggakan, begitu elok, indah dan mempesona. Sedikit Ulasan tentang sejarah Taman Nasional Gunung Leuser yang dapat saya sampaikan pada artikel ini:

Pada tahun 1920-an Pemerintah Kolonial Belanda memberikan ijin kepada seorang ahli geologi Belanda bernama F.C. Van Heurn untuk meneliti dan mengeksplorasi sumber minyak dan mineral yang diperkirakan banyak terdapat di Aceh. Setelah melakukan penelitian tersebut, Van Heurn menyatakan bahwa kawasan yang diteliti tidak ditemukan kandungan mineral yang besar dan menyatakan bahwa pemuka-pemuka adat setempat menginginkan agar mereka peduli terhadap barisan-barisan pegunungan berhutan lebat yang ada di Gunung Leuser.

Sebagai gantinya, Van Heurn mendiskusikan hasil pertemuannya dan menawarkan kepada para wakil pemuka adat (para Datoek dan Oeloebalang) untuk mendesak Pemerintah Kolonial Belanda untuk memberikan status kawasan konservasi (Wildlife Sanctuary). Setelah berdiskusi dengan Komisi Belanda untuk Perlindungan Alam, pada bulan Agustus 1928 sebuah proposal disampaikan kepada Pemeintah Kolonial Belanda yang mengusulkan Suaka Alam di Aceh Barat seluas 928.000 ha dan memberikan status perlindungan terhadap kawasan yang terbentang dari Singkil (pada hulu Sungai Simpang Kiri) di bagian Selatan, sepanjang Bukit Barisan, ke arah lembah Sungai Tripa dan Rawa Pantai Meulaboh, di bagian Utara.

Proposal tersebut akhirnya direalisasikan dengan pada tanggal 6 Februari 1934 dengan diadakannya pertemuan di Tapaktuan, yang dihadiri perwakilan pemuka adat dan Pemerintah Kolonial Belanda. Pertemuan tersebut menghasilkan "Deklarasi Tapaktuan", yang ditandatangani oleh perwakilan pemuka adat dan Perwakilan Gubernur Hindia Belanda di Aceh pada saat itu (Gouverneur van Atjeh en Onderhoorigheden, Vaardezen). Deklarasi tersebut mulai berlaku mulai tanggal 1 Januari 1934 ((Deze regeling treedt in werking met ingang 1 Januari 1934). Deklarasi tersebut mencerminkan tekad masyarakat Aceh untuk melestarian kawasan Leuser untuk selamanya sekaligus juga diatur tentang sanksi pidananya (baik pidana penjara maupun pidana denda). Dalam salah satu paragraph Deklarasi Tapaktuan disebutkan sebagai berikut :

"Kami Oeloebalang dari landschap Gajo Loeos, Poelau Nas, Meuke', labuhan Hadji, Manggeng, Lho' Pawoh Noord, Blang Pidie, dan Bestuurcommissie dari landschap Bambel, Onderafdeeling Gajo dan Alas. Menimbang bahwa perlu sekali diadakannya peratoeran yang memperlindungi segala djenis benda dan segala padang-padang yang diasingkan buoeat persediaan. Oleh karena itoe, dilarang dalam tanah persediaan ini mencari hewan yang hidoep, menangkapnya, meloekainya, atau memboenoeh mati, mengganggoe sarang dari binatang-binatang itoe, mengeloerkan hidoep atau mati atau sebagian dari binatang itoe lantaran itoe memoendoerkan banyaknya binatang"

Pada tahun 1934, berdasarkan ZB No. 317/35 tanggal 3 Juli 1934 dibentuk Suaka Alam Gunung Leuser (Wildreservaat Goenoeng Leoser) dengan luas 142.800 ha. Selanjutnya berturut-turut pada tahun 1936, berdasarkan ZB No. 122/AGR, tanggal 26 Oktober 1936 dibentuk Suaka margasatwa Kluet seluas 20.000 ha yang merupakan penghubung Suaka Alam Gunung Leuser dengan Pantai Barat. Pada tahun 1938 dibentuk Suaka Alam Langkat Barat, Suaka Alam Langkat Selatan dan Suaka Alam Sekundur.

Pada masa setelah kemerdekaan Republik Indonesia, pada tahun 1976, dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 69/Kpts/Um/12/1976, tanggal 10 Desember 1976 tentang Penunjukan Areal Hutan Kappi seluas 150.000 ha yang terletak di Aceh Tenggara, Daerah Istimewa Aceh sebagai Suaka Margasatwa Kappi. Keputusan tersebut diikuti dengan Pembentukan Instansi Kerja Sub Balai Pelestarian Alam Gunung Leuser pada tahun 1979.

Berdasarkan Pengumuman Menteri Pertanian tersebut, ditunjuk luas TN. Gunung Leuser adalah 792.675 ha. Pengumuman Menteri Pertanian tersebut ditindaklanjuti dengan Surat Direktorat Jenderal Kehutanan Nomor: 719/Dj/VII/1/80, tanggal 7 Maret 1980 yang ditujukan kepada Sub Balai KPA Gunung Leuser. Dalam surat tersebut disebutkan bahwa diberikannya status kewenangan pengelolaan TN. Gunung Leuser kepada Sub Balai KPA Gunung Leuser. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 166/Kpts/Um/3/1982, tanggal 3 Maret 1982 tentang Perubahan Status sebagian Suaka Margasatwa Kappi seluas 7.200 ha dan Penunjukan sebagian hutan Serbolangit seluas 2.000 ha yang terletak di Aceh Tenggara, Daerah istimewa Aceh sebagai Hutan Wisata Lawe Gurah.

Untuk memberikan kepastian hukum bagi pengelola TNGL pada tahun 1982 telah dikeluarkan 2 (dua) Peraturan, yaitu: Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 923/Kpts/UM/12/1982 tentang luas wilayah TN. Gunung Leuser di Propinsi Sumatera Utara adalah 213.985 ha yang merupakan gabungan SM Langkat Selatan dan Barat, SM Sekundur, dan Taman Wisata Sekundur. Serta Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 924/Kpts/Um/12/1982 tentang Luas Wilayah TN. Gunung Leuser di Propinsi daerah Istimewa Aceh seluas 586,500 hektar yang merupakan gabungan SM Gunung Leuser, SM Kluet, SM Kappi dan Taman Wisata Lawe Gurah.

Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Nomor: 46/Kpts/VI-Sek/84 tentang Penunjukan Wilayah Kerja Taman Nasional, tanggal 11 Desember 1984, disebutkan bahwa Wilayah Kerja TNGL adalah:

* Suaka Margasatwa Gunung Leuser
* Suaka Margasatwa langkat Barat
* Suaka Margasatwa Langkat Selatan
* Suaka Margasatwa Sekundur
* Suaka Margasatwa Kappi
* Suaka Margasatwa Kluet
* Taman Wisata Lawe Gurah
* Taman Wisata Sekundur
* Hutan Lindung Serbolangit
* Hutan Lindung dan Hutan Produksi Terbatas Sembabala

Pada tahun 1984 tersebut juga telah ditetapkan Unit Pelaksana Teknis Pengelola TN. Gunung Leuser dengan kantor Pusat di Kutacane, Aceh Tenggara, Daerah Istimewa Aceh.

Sejak tanggal 12 Mei 1984, dengan diterbitkannya SK Menhut Nomor: 096/Kpts-II/1984 menetapkan TNGL merupakan unit Dirjen PHPA yang tingkatannya disamakan dengan eselon III. UPT ini dipimpin oleh seorang Kepala UPT-TN yang bertanggung jawab kepada Dirjen PHPA dan membawahi Sub Bagian TU dan 2 (dua) seksi yaitu Seksi penyusunan Program dan Seksi Pemanfaatan, dilengkapi dengan Kelompok Tenaga Fungsional Konservasi. Ternyata ketentuan struktur organisasi tersebut masih sukar diterapkan dalam pelaksanaan pengelolaan TNGL karena wilayah kerja kawasan TN ini relatif sangat luas.

Sebagai dasar legalitas dalam rangkaian proses penngukuhan kawasan hutan telah dikeluarkan Keputusan Menteri Kehutanan nomor: 276/Kpts-II/1997 tentang Penunjukan TN. Gunung Leuser seluas 1.094.692 hektar yang terletak di Provinsi daerah Istimewa Aceh dan Sumatera Utara. Dalam keputusan tersebut disebutkan bahwa TN. Gunung Leuser terdiri dari gabungan:

* Suaka Margasatwa Gunung Leuser (416.500 hektar)
* Suaka Margasatwa Kluet (20.000 hektar)
* Suaka Margasatwa Langkat Barat (51.000 hektar)
* Suaka Margasatwa Langkat Selatan (82.985 hektar)
* Suaka Margasatwa Sekundur (60.600 hektar)
* Suaka Margasatwa Kappi (142.800 hektar)
* Taman Wisata Gurah (9.200 hektar)
* Hutan Lindung dan Hutan Produksi Terbatas (292.707 hektar).

Pada perkembangan selanjutnya, pada tanggal 10 Juni 2002, melalui Keputusan Menteri Kehutanan No. 6186/Kpts-II/2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Taman Nasional, Kepala UPT-TN (Balai TN) membawahi Kepala Sub Bagian TU dan Kepala Seksi Wilayah, selain juga Kelompok Jabatan Fungsional. Saat ini wilayah TNGL terbagi dalam 4 seksi wilayah dan mengikuti struktur organisasi taman nasional tipe A, yaitu di Aceh Tenggara, Aceh Selatan, Langkat Sikundur, dan Langkat Selatan. Khusus wilayah Aceh Tenggara dengan didasarkan oleh karakteristik suku, dibagi lagi menjadi 2 wilayah koordinasi yaitu wilayah Gayo Lues di Blangkejeren dan wilayah Lembah Alas di Kutacane.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar